Penulis/Author: Mohamad Sobary
Penerbit/Publisher: Mizan
Edisi/Edition: 1995
Halaman/Pages:
Dimensi/Dimension: 14.5 x 21 x 0.8cm
Sampul/Cover: Paperback
Bahasa/Language: Indonesia
Harga/Price: Rp. 59.000
Call No.: 081/Sob/m/C.1
Status: Ada/Available
***
"Ia memang kiai, kita tahu. Tapi tindakan-tindakannya tidak terutama dikendalikan oleh kesadaran moral keagamaan, melainkan lebih oleh moralitas yang bersifat mendunia, moralitas sosial yang konkret dan jelas melilit hidup keseharian kita," tulis Mohamad Sobary--peneliti LIPI yang produktif menulis kolom di pelbagai surat kabar, tabloid, dan majalah terkemuka-- dalam menyoroti sosok Abdurahman Wahid atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Gus Dur.
Tampaknya moralitas semacam diataslah yang ingin dibawa oleh Mohamad Sobary dalam menganalisis problem-problem sosial-politik masyarakat kita. Dengan ungkapan-ungkapan sederhana, lugas, dan renyah, dia jelajahi persoalan suksesi, demonstrasi, arus bawah, demokrasi, hingga kemarau di dunia intelektual kita. Inilah sebuah buku yang akan membantu kita dalam memahami kompleksitas dan luasnya persoalan masyarakat kita, tanpa kita perlu berpayah-payah "mengerutkan kening".
Call No.: 081/Sob/m/C.1
Status: Ada/Available
***
"Ia memang kiai, kita tahu. Tapi tindakan-tindakannya tidak terutama dikendalikan oleh kesadaran moral keagamaan, melainkan lebih oleh moralitas yang bersifat mendunia, moralitas sosial yang konkret dan jelas melilit hidup keseharian kita," tulis Mohamad Sobary--peneliti LIPI yang produktif menulis kolom di pelbagai surat kabar, tabloid, dan majalah terkemuka-- dalam menyoroti sosok Abdurahman Wahid atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Gus Dur.
Tampaknya moralitas semacam diataslah yang ingin dibawa oleh Mohamad Sobary dalam menganalisis problem-problem sosial-politik masyarakat kita. Dengan ungkapan-ungkapan sederhana, lugas, dan renyah, dia jelajahi persoalan suksesi, demonstrasi, arus bawah, demokrasi, hingga kemarau di dunia intelektual kita. Inilah sebuah buku yang akan membantu kita dalam memahami kompleksitas dan luasnya persoalan masyarakat kita, tanpa kita perlu berpayah-payah "mengerutkan kening".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar