Judul/Title: The Fortune at the Bottom of the Pyramid: Mengentaskan Kemiskinan Sekaligus Memperoleh Laba
Penulis/Author: C.K. Prahalad
Penerbit/Publisher: Indeks
Edisi/Edition: 2004
Halaman/Pages: 442
Dimensi/Dimension: 17.6 x 25 x 2cm
Sampul/Cover: Paperback
Bahasa/Language: Indonesia
Kondisi/Condition: Second Hand
Harga/Price: Rp. 75.900,-
Call No.: 658.401/Pra/f/C.1
Status: Terjual/Sold
Apa yang akan kita lakukan terhadap masyarakat BOP atau masyarakat miskin? Dengan teknologi, kecakapan manajerial, dan kapasitas investasi yang kita miliki apakah kita tidak mampu sedikitpun membantu menyelesaikan masalah kemiskinan dan ketidak-mampuan masyarakat miskin melakukan pilihan.
Pertanyaanya adalah: Apa yang akan terjadi jika kita memobilisasi sumber daya, skala produksi, dan cakupan usaha perusahaan besar untuk bersama dengan LSM, masyarakat, pemerintah (eksekutif dan legislatif di pusat dan daerah), dan yang paling penting, masyarakat miskin itu sendiri, menciptakan solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat miskin?
Masalah kemiskinan harus membuat kita semakin inovatif. Titik awal menuju inovasi mencakup dua tindakan. Pertama, kita harus meninggalkan istilah "pegentasan kemiskinan" dan "kaum miskin." Kita harus mulai berbicara tentang "konsumen" dan "pasar yang kurang terlayani." Proses tersebut harus diawali dengan penghormatan konsumen miskin sebagai individu merdeka dan bersama pihak lain dianggap sebagai penyelesai masalah kemiskinan. Kedua, kita harus memahami bahwa pengubahan masyarakat miskin menjadi pasar aktif pada hakikatnya merupakan kegiatan pembangunan. Diperlukan sekali pendekatan baru dan kreatif guna mengubah kemiskinan menjadi peluang bisnis. Itulah tantangannya.
Pelibatan aktif masyarakat miskin dalam mengentaskan diri sendiri menjadi sangat penting diri sendiri menjadi sangat penting pada konteks Indonesia saat ini. Pada satu sisi, masyarakat mulai mengambil tanggung jawab menentukan nasibnya sendiri, yang salah satunya memilih presiden secara langsung. Rakyat mulai siap menentukan arah dan mengatur kecepatan kemajuannya. Pada sisi lain, pemerintah masih menghadapi kendala berupa keterbatasan anggaran pembangunan akibat krisi ekonomi. Artinya, pendekatan konvensional kebijakan ekonomi, misalnya pengeluaran pemerintah sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, akan sangat kecil efektivitasnya karena dananya sangat tidak memadai jumlahnya. Pada situasi seperti itu, kehadiran buku dari Bapak Prahalad in menjadi sangat relevan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar