Judul/Title: Seribu kunang-kunang di Manhattan
Penulis/Author: Umar Kayam
Penerbit/Publisher: Yayasan Obor Indonesia
Edisi/Edition: 1999
Halaman/Pages: 148
Dimensi/Dimension: 14 x 21 x 1cm
Sampul/Cover: Paperback
Bahasa/Language: Indonesia
Harga/Price: Rp. 50.000,-
Call No.: 813 /Kay/s/C.1
Status: Ada/Available
***
Fiksi Indonesia modern diterjemahkan ke dalam bahasa daerah? Apakah itu penting? pertanyaan itu selalu muncul ketika hendak meggelindingkan ide untuk menyelenggarakan penerjemahan fiksi Indonesia modern ke dalam bahasa daerah. Pertanyaan itu muncul karena adanya anggapan bahwa bahasa daerah hanya mampu membahasakan kulturnya sendiri, tidak mampu membahasakan kultur modern.
Ide ini mendapat sambutan hangat, yang dapat kita lihat dalam terjemahan Seribu Kunang-Kunang di Manhattan ke dalam 13 bahasa daerah. Dalam menerjemahkan cerpen ini, tingkat kesulitan yang dihadapi penerjemah tidak hanya sekedar menerjemahkan kata demi kata, kalimat demi kalimat, tetapi juga banyak idiom asing yang harus diterjemahkan. Hasil terjemahan ini menunjukkan bahwa para penutur bahasa daerah tetap mempunyai "gairah intuitif" dan secara kuantitas mereka bisa dianggap masih mempunyai kemampuan untuk masuk ke daerah yang dianggap asing oleh kultunya.
Cerpen Umar Kayam yang bersetting Amerika dipilih dengan sejumlah alasan, antara lain cerpen ini menampilkan problem sosiologis perubahan-perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industri, cerpen ini juga merekam simbol-simbol modernitas yang sangat sukar dialihkan pada nuansa sosiologis bahasa daerah, selain itu tokoh-tokohnya tetap tampil dengan karakter yang tidak bisa larut, masing-masing tetap pada pandangan dunianya.
Terjemahan ini sekaligus merupakan antitesis mitos bahwa bahasa daerah hanya mampu membahasakan wilayah kulturnya. Terjemahan ini memberikan kepada kita wawasan baru tentang pentingnya memperbaharui visi kedaerahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar